Hari lebaran kemarin suhu mencapai 33 C tetapi serasa 37 C di siang hari, di waktu itu pula untuk pertama kalinya “Pak Tua” meninggalkan diskusi bulanan dengan saya di tengah-tengah waktu presentasi laporan perkembangan penelitian.
Kalau bicara kronologis sebenarnya nyambung dengan cerita postingan sebelumnya dan saya sempat buat #NazrVlog 23.
Sepulang dari sholat ied, “Pak Tua” dan kurcacinya sudah menunggu di ruangan penghakiman. Ruang khusus di tempat kerjanya “Pak Tua” dimana terdapat Meja dan TV LCD yang menggantung di dinding untuk display presentasinya.
Kalau lihat perawakannya percis seperti gurunya Nobita di film Doraemon, nah saya sendiri sebagai Nobita yang selalu dianggap bodoh didepannya.
Bagaimana tidak, data yang menurut saya sudah maksimal dinilainya masih ada yang kurang terutama terkait alasan logis setiap datanya. Wajar sih, tapi yang ga wajar adalah ekspektasinya yang selangit yang membandingkan dengan standar mahasiswa Jepang di tingkat yang sama.
Setelah beberapa jawaban saya tidak mampu memuaskannya, akhirnya pertama kali dalam sejarah diskusi bulanan, meninggalkan saya sambil berbicara bahasa Jepang dengan nada TINGGI… sedikit beruntung sih karena ga ngerti Nihongo.
Memang kemaren, “Pa Tua” kembali berwujud “Srigala” yang tidak menginginkan murid-muridnya melakukan kesalahan sedikit pun. [Baca :KETIKA PROFESOR BERUBAH JADI SERIGALA LAYAKNYA GANTENG-GANTENG SERIGALA ]
Curhat ke temen Jepang yang setingkat alias D3, ternyata dia sempat dilempar pensil sambil membentaknya. Wuiih… ternyata itu lebih buruk dari apa yang saya alami.
Apapun itu, tetap positif thinking, mungkin dia terlalu sayang dengan saya, hanya caranya adalah meningkatkan pressing mendekati masa-masa kelulusan. Untung ada blog ini, tempat berbagi agar beban berkurang.
Disaat melihat senyuman rekan-rekan di media sosial bersama sanak familinya di hari lebaran ini, ternyata saya harus merasakan sesuatu yang tidak indah yang menodai perayaan Idul Fitri kali ini.
Tetap bersyukur dan bersabar…