Gambar 2. 1 Perbandingan istilah untuk penerbitan Elsevier dan Indonesia

Mengenal Kriteria, Klasifikasi, dan Mutu Jurnal ilmiah yang Baik serta Jurnal Predator

Nazroel.id – Sebelum mempublikasikan artikel ilmiah yang kita miliki, sebaiknya “Mengenal Kriteria, Klasifikasi, dan Mutu Jurnal ilmiah yang Baik serta Jurnal Predator” yang tercantum jelas dalam buku “Pedoman Publikasi Ilmiah” terbitan Kemenristekdikti 2017 terutama ulasan pada Bab II.

Publikasi hasil penelitian di jurnal (terbitan berkala) ilmiah adalah salah satu segi penting dari kegiatan ilmiah; dengan dipublikasikan maka temuan yang dihasilkan akan dikenal kemudian disitasi oleh peneliti lainnya. Saat ini banyak penulis maupun pengelola jurnal kebingungan dan keliru memahami beberapa istilah terkait dengan jurnal. Oleh karena itu, sebelum membahas perihal jurnal lebih dalam perlu dipahami istilah dalam perjurnalan yang diuraikan dalam lampiran Glosarium dan sebagai gambaran perbandingan penerbitan jurnal di internasional yang dilakukan oleh penerbit Elsevier dan penerbit di Indonesia (Gambar 1).

Gambar 2. 1 Perbandingan istilah untuk penerbitan Elsevier dan Indonesia
Gambar 1. Perbandingan istilah untuk penerbitan Elsevier dan Indonesia

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini merambah ke semua bidang, termasuk juga dalam pengelolaan jurnal. Saat ini hampir semua jurnal ilmiah menerbitkan dalam bentuk elektronik sehingga memudahkan proses pengiriman naskah, penelaahan, sampai penerbitan, sehingga artikel dapat dibaca secara cepat dan waktu nyata (real time). Banyaknya jurnal yang terbit perlu dicermati dengan memilih jurnal yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan klasifikasi jurnal yang akan dituju (internasional, internasional bereputasi, nasional, atau nasional terakreditasi), dan memeriksa jurnal supaya terhindar dari jurnal abal-abal. Selanjutnya, ikuti gaya selingkung yang ditetapkan oleh setiap jurnal dan siapkan naskah menggunakan aplikasi referensi seperti Mendeley, Zotero, Refwork, dan Endnote.

Memahami bagaimana proses penerbitan suatu artikel pada jurnal ilmiah adalah sangat penting agar kita sebagai penulis dapat menyiapkan suatu naskah ilmiah dengan sebaik-baiknya. Suatu jurnal bereputasi adalah jurnal yang memiliki mekanisme penelaahan (peer-review) yang jelas. Adanya tim penelaah beranggotakan para pakar dalam bidangnya menunjukkan bahwa jurnal tersebut menunjukkan mutu dalam pemilihan dan penerbitan suatu naskah artikel pada jurnal tersebut. Tabel 2. memperlihatkan tahapan proses publikasi naskah ilmiah di jurnal.

Tabel 2. Tahapan proses publikasi sebuah naskah ilmiah

publikasi ilmiah dikti

Sumber pustaka yang digunakan, cara mengelola, mengutip, dan menuliskan merupakan hal yang terpenting dalam membuat suatu naskah di jurnal ilmiah, sehingga terhindar dari plagiat. Berikut ini beberapa hal yang penting dilakukan ketika menyiapkan naskah untuk diterbitkan.

  1. Mencari jurnal yang akan dituju untuk penulisan, kemudian mencari gaya selingkung atau petunjuk penulisan (author guideline) dan kalau bisa memperoleh templat penulisan sehingga memudahkan penulisan naskah.
  2. Menelusur literatur ke beberapa pangkalan data (database) terkemuka agar dapat dibuat perkembangan penelitian yang dilakukan (state of the art), dan penelitian yang dihasilkan memiliki kebaruan (novelty).
  3. Membuat catatan detail terkait dengan sumber yang akan kita gunakan dalam penulisan, terkait dengan siapa penulisnya, kapan diterbitkan, dan di mana diterbitkan. Hal ini sepatutnya dilakukan di awal penelitian sewaktu menyusun proposal penelitian, bukan di akhir ketika menyiapkan naskah publikasi.
  4. Menggunakan gaya penulisan dan referensi standar sesuai dengan yang diminta seperti Harvard, Chicago, atau Turabian; jangan pernah mencampur adukan gaya penulisan.
  5. Menggunakan aplikasi referensi dalam pengutipan dan pembuatan daftar referensi atau bibliografi seperti Mendeley, Zotero, Refwork, atau Endnote.
  6. Membuat pernyataan jelas jika akan menyalin langsung, mengutip (pharaprasing) atau meringkas (summarizing).
  7. Jangan pernah mengutip referensi yang tidak jelas atau tidak lengkap sumbernya sebaik apapun isinya

Agar naskah dapat dipublikasi dengan baik perhatikan hal berikut ini:

  1. Tepat waktu, relevan, berbasis bukti penelitian ilmiah yang dirancang dengan baik dan ditulis dengan baik;
  2. Mengikuti arah perkembangan;
  3. Membuat naskah yang jelas, logis, dan mudah dibaca;
  4. Bersedia menerima saran mitra bestari sebagai cara untuk meningkatkan mutu naskah; dan
  5. Memperhatikan kebutuhan pembaca.

Proses penerbitan jurnal dimulai dengan mengirimkan naskah (submit), penelaahan substansi (review), dan penyuntingan (editing). Banyak penulis yang tidak memahami proses penerbitan di jurnal sehingga kebingungan memahami langkah dan tindakan yang akan ditempuh dalam setiap tahapan penerbitan di jurnal. Dalam bagian ini akan dijelaskan tradisi proses penerbitan sehingga penulis memahaminya.

Supaya diterima baik di jurnal tingkat nasional maupun internasional, naskah harus dipersiapkan, baik dari sisi substansi maupun pengelolaannya. Gambar 2. memperlihatkan alur penerbitan jurnal, dimulai dari pengiriman naskah ke meja editor.

penulis review

Gambar 2. Alur penerbitan dalam Jurnal

Ada 3 proses yang dikerjakan di sini, yaitu seleksi oleh editor untuk (1) memeriksa kesesuaian naskah dengan ruang lingkup jurnal, (2) memeriksa kesesuaian naskah dengan gaya selingkung jurnal, (3) memeriksa apakah naskah yang masuk tidak mengandung unsur plagiarisme. Setelah lolos dari editor maka naskah yang masuk akan ditelaah oleh mitra bestari. Tugas mitra bestari antara lain (1) memeriksa apakah naskah yang masuk memiliki kebaruan (novelty); hal ini dapat dilihat dari penggunaan referensi primer (artikel jurnal, makalah konferensi terbaru, paten) dan (2) memeriksa naskah apakah penulisan sesuai dengan kaidah ilmiah di bidangnya.

Baca ini yuu :   Cara Mudah Melihat Impact Factor Jurnal Internasional Terbaru

Sebagaimana telah dijelaskan, setiap naskah yang dikirim ke sebuah jurnal akan ditelaah oleh para pakar di bidangnya, sedikitnya 2 orang dan biasanya dilaksanakan dengan double blind review. Artinya, penulis dan reviewer tidak saling tahu dan kenal. Di sinilah peranan editor sebagai jembatan antara penulis dan penelaah. Penelaah pada dasarnya bukanlah pengelola jurnal, dan penunjukannya oleh editor bergantung pada kesesuaian antara substansi naskah yang masuk dan kepakaran penelaah.

Proses penelaahan biasanya memunyai batas waktu, dan setiap jurnal memiliki batas waktu yang berbeda dan harus dipatuhi penulis supaya dapat mengejar jadwal terbit. Setiap jurnal biasanya menampilkan genesis (history) mulai dari artikel diterima (received), diperbaiki (revised), dan diterima untuk diterbitkan (accepted) (Gambar 2.3). Setelah naskah dinyatakan diterima untuk diterbitkan penulis akan menerima satu set page proofs dari naskahnya dalam bentuk pdf. Ini harus segera dibaca dan merupakan koreksi terahir dari penulis bila terdapat kesalahan. Namun, koreksi di sini dimaksudkan koreksi cetakan, bukan koreksi isi naskah. Bila tidak ada tanggapan dari penulis, maka dianggap page proofs ini sudah benar, dan akan diterbitkan persis seperti apa adanya. Naskah yang diterima akan mendapat kode Digital Object Identifier (DOI), misalnya http://dx.doi.org/10.9767/bcrec.9.2.5998.100-110. DOI ini tidak akan berubah sehingga dapat digunakan untuk acuan, terutama bila naskah masih bersifat Articles in press, yaitu sebelum memperoleh status penuh secara bibliografis lengkap dengan nomor halaman dalam jurnal dan seterusnya.

Klasifikasi dan Kriteria Jurnal

Berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia terkait dengan publikasi jurnal, jurnal ilmiah dapat dibagi menjadi 4 kelas, yakni jurnal nasional, jurnal nasional terakreditasi, jurnal internasional, dan jurnal internasional bereputasi.

Jurnal Nasional

Jurnal nasional adalah terbitan berkala ilmiah yang memenuhi kriteria berikut:

  • Karya ilmiah ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan;
  • Memiliki ISSN;
  • Memiliki terbitan versi daring (online);
  • Dikelola secara profesional: ketepatan keberkalaan, ketersediaan petunjuk penulisan, identitas jurnal, dll.;
  • Bertujuan menampung/mengomunikasikan hasil-hasil penelitian ilmiah dan atau konsep ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu;
  • Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang memiliki disiplin keilmuan yang relevan;
  • Diterbitkan oleh penerbit, badan ilmiah, organisasi profesi, atau perguruantinggi dengan unit-unitnya;
  • Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan atau Bahasa Inggris dengan abstrak dalam Bahasa Indonesia;
  • Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari sedikitnya 2 institusi yang berbeda; dan
  • Memunyai dewan editor/editor yang terdiri atas para ahli dalam bidangnya dan berasal dari sedikitnya 2 institusi yang berbeda.
  1. Jurnal Nasional Terakreditasi

    Jurnal nasional terakreditasi adalah terbitan berkala ilmiah yang memenuhi kriteria sebagai jurnal nasional dan mendapat status terakreditasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi atau kepala LIPI dengan masa berlaku hasil akreditasi yang sesuai. Daftar jurnal nasional terakreditasi dapat dilihat dalam Lampiran 2 dan 3.

  2. Jurnal Internasional

    Jurnal internasional adalah terbitan berkala ilmiah dengan kriteria berikut:

    • Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan;
    • Memiliki ISSN;
    • Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Inggris, Perancis, Arab, Rusia, dan Tiongkok);
    • Memiliki terbitan versi daring;
    • Dikelola secara profesional;
    • Dewan editor (editorial board) adalah pakar di bidangnya dan sedikitnya berasal dari 4 negara;
    • Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam satu terbitan (issue) ditulis oleh penulis dari berbagai negara;dan
    • Memuat karya ilmiah dari penulis yang berasal dari berbagai negara dalamsetiap terbitannya.
      Catatan: Jurnal ilmiah nasional terakreditasi B dari Kemristekdikti yang diterbitkan dalam salah satu bahasa PBB, terindeks di DOAJ dengan indikator green tick (centang dalam lingkaran hijau) disetarakan/diakui sebagai jurnal internasional.
  3. Jurnal Internasional Bereputasi

    Jurnal internasional bereputasi adalah terbitan berkala ilmiah yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 3, dengan kriteria tambahan terindeks oleh pangkalan data internasional bereputasi (Scopus, Web of Science), dan memiliki faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters), atau Scimago Journal Rank (SJR), atau memunyai faktor dampak (SJR) dari SCImago Journal and Country Rank serendah-rendahnya Q3 (kuartil tiga). Daftar jurnal internasional bereputasi dari Indonesia dapat dilihat dalam Lampiran 1. Catatan: Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional pada butir 7 dan terindeks oleh pangkalan data internasional bereputasi tetapi belum memunyai faktor dampak dari ISI Web of Science atau (SJR) dikategorikan sebagai jurnal internasional.

Penilaian Mutu Jurnal

Penilaian mutu jurnal sangat penting untuk mengetahui bagaimana jurnal dikelola secara profesional sesuai dengan kaidah dan membandingkannya dengan jurnal lainnya.

Secara umum saat ini ada yang disebut journal metrics sebagai alat ukur untuk melihat dan membandingkan kinerja suatu jurnal. Gambar 3 memperlihatkan contoh tampilan journal metrics yang ada dalam suatu jurnal.

jurnal-metrik

Gambar 3. Journal metrics yang ada dalam suatu jurnal

Selain journal metrics ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan dalam menilai mutu suatu jurnal sebagai parameter dalam pemilihan jurnal. Berikut penjelasannya.

1. Dewan Editor
Dewan editor atau dewan editor umumnya terdiri atas seorang editor-in-chief, beberapa co-editor, dan sejumlah anggota atau editorial board members. Kualifikasi dewan editor dapat dilihat dari latar belakang dan afiliasi, tetapi yang terpenting adalah pengalaman menulis di jurnal dan jumlah sitasi yang dapat dilihat dari H-index setiap anggota dewan

2. Penelaah (Reviewer)
Proses terpenting dalam suatu penerbitan jurnal adalah adanya penelaahan oleh pakar atau lazimnya disebut mitra bestari, mitra bebestari, reviewer, atau peer reviewer. Penelaahan ini terkait dengan substansi dari suatu bidang ilmu, apakah ada kebaruan, temuan apa yang ada di dalamanya, dan apakah penelitiannya memenuhi kaidah ilmiah. Seleksi mitra bestari oleh dewan editor biasanya mempertimbangkan kriteria berikut:

 pakar/ahli dalam bidangnya,
 memiliki wawasan terbuka,
 professional (tepat waktu), dan
 memiliki reputasi atau rekam jejak sebagai penulis.

3. Journal Impact Factor (JIF)
Faktor dampak (impact factor, IF) diciptakan oleh Eugene Garfield dari Institute of Scientific Information (ISI, kini bagian dari Thomson Scientific) pada tahun 1960 dengan menghitung indeks sitasi (citation index) dari jurnal-jurnal yang diindeks oleh Thomson ISI dan dilaporkan setiap tahun dalam JCR (Journal Citation Report). IF saat ini dijadikan indikator untuk mengevaluasi mutu jurnal, semakin tinggi IF semakin bermutu jurnal tersebut.

4. SJR dan SNIP
Scimago Journal Rank (SJR) dan Source Normalized Impact per Paper (SNIP) merupakan metode pengukuran mutu jurnal yang diterbitkan oleh Elsevier Scopus dengan membandingkan jumlah artikel yang menyitasi terhadap jumlah artikel yang dipublikasi oleh sebuah jurnal tetapi dengan mempertimbangkan mutu jurnal yang menyitasi.

5. Citescore

CiteScore merupakan metriks standar baru dampak jurnal kutipan/sitasi terbaru yang komprehensif dari Scopus untuk judul serial dalam Scopus, baik itu jurnal, buku, atau prosiding. CiteScore metrik dihitung menggunakan data Scopus untuk lebih dari 22.000 judul seri jurnal peer-reviewed, seri buku, prosiding konferensi, dan jurnal lainnya di 330 disiplin ilmu. CiteScore Tracker menunjukkan data CiteScore tahun berjalan dan setiap bulan.

6. Jumlah publikasi dan persentasi penolakan artikel
Jumlah naskah yang masuk dan persentase penolakan artikel, memperlihatkan seberapa tinggi jurnal tersebut diminati oleh komunitasnya dan proses penelaahan yang diterapkan oleh suatu jurnal.

7.Jumlah Sitasi, H-index dan i10-index
Banyaknya jumlah sitasi akan memperlihatkan dampak dari suatu tulisan sehingga dengan meningkatnya sitasi setiap artikel akan memengaruhi mutu suatu jurnal. Meski angka sitasi bisa diperoleh dari Google Scholar, akan lebih baik bila diperoleh dari Scopus/Web of Science. Gambar 2.12 memperlihatkan tampilan sitasi artikel dari jurnal MEV di Google Scholar dan Gambar 2.13 untuk sitasi artikel Bulletin Chemical Reaction Engineering & Catalysist di Scopus.

H-index adalah bilangan H terbesar berdasarkan sejumlah H artikel yang sekurang- kurangnya memunyai sitasi sebanyak H

Contoh: H-index 6, berarti ada 6 artikel yang disitasi oleh sedikitnya 6 artikel penyitasi i10-index adalah bilangan i10 terbesar dengan sejumlah i10 artikel memunyai jumlah sitasi minimum 10 sitasi

Contoh: i10-index = 1, berarti ada 1 artikel yang disitasi oleh sekurang-kurangnya 10 artikel penyitasi
Perhitungan sitasi tersebut saat ini digunakan oleh Google Scholar dan Scopus.

8. Akreditasi Jurnal
Akreditasi jurnal ilmiah di Indonesia bertujuan mengendalikan mutu terbitan yang dihasilkan sesuai dengan kaidah ilmiah. Di Indonesia terdapat 2 lembaga yang mengakreditasi jurnal ilmiah, yaitu Kemenristekdikti untuk mengakreditasi jurnal di bawah perguruan tinggi dan asosiasi profesi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mengakreditasi jurnal di bawah lembaga penelitian dan kementerian. Untuk mengoptimumkan pengelolaan jurnal secara elektronik Dikti dan LIPI mulai tahun 2012 telah menyusun peraturan bersama tentang akreditasi terbitan berkala ilmiah dengan paradigma akreditasi ke depan adalah jurnal yang terbit secara elektronik.

Saat ini peraturan tersebut telah disahkan dengan terbitnya Peraturan Dirjen Dikti Nomor 1 Tahun 2014 tentang Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah dan Peraturan Kepala LIPI Nomor 4 Tahun 2014 tentang Terbitan Berkala Ilmiah. Isi kedua peraturan tersebut sama hanya berbeda kewenangannya; tahun 2015 merupakan masa transisi aturan lama ke yang baru dan tahun 2016 efektif dilaksanakan.

9.Indeksasi Jurnal

Indeksasi jurnal bertujuan menyebarluaskan jurnal yang terbit sehingga dapat dikenal. Lembaga pengindeks ada yang berperan hanya mengindeks metadata (agregator), ada pula yang memberi peringkat jurnal seperti Scopus dan Web of Science. Lembaga pemeringkat ada yang berskala nasional dan internasional, dan ada yang berbasis bidang keilmuan. Tabel 2.3 memberikan kategorisasi lembaga pengindeks yang dikelompokkan menjadi bereputasi rendah, sedang dan tinggi. Gambar 2.14 mencontohkan tampilan indeksasi suatu jurnal

Jurnal Predator dan Lembaga Pengindeks Palsu

Istilah jurnal predator mulai dikenal pada 2012 setelah dipopulerkan oleh Jeffry Beal di majalah Nature dan bisa diakses melalui laman http://scholarlyoa.com/. Jurnal predator dibuat untuk tujuan memperoleh keuntungan dan mengabaikan proses penelaahan oleh pakar di bidangnya untuk setiap artikel yang diterima penerbit (Mart 2013).

Jurnal yang diterbitkan secara profesional harus mematuhi standar etika penerbitan seperti yang telah ditetapkan dalam Beal (2012):

  • Open Access Scholarly Publishers Association (OASPA)
  • Committee on Publication Ethics (COPE)
  • International Association of Scientific, Technical & Medical Publishers (STM)Jeffry Beal telah menetapkan kriteria penerbit yang masuk ke dalam kategori jurnal predator yang intinya antara lain:
  1. Jurnal terbit relatif masih baru dengan volume yang belum banyak, bahkanmemiliki ISSN maupun DOI palsu;
  2. Lembaga dan alamat penerbit yang tidak jelas;
  3. Rekam jejak editor in chief beserta editorial board tidak jelas, bahkan tidak ada rekam jejak karyanya;
  4. Proses penelaahan tidak sesuai dengan kaidah dan cenderung basa-basi;
  5. Meminta biaya penerbitan yang mahal bahkan sebelum naskah diterbitkan;
  6. Menerbitkan tulisan yang sudah diterbitkan di tempat lain (duplikasi); dan
  7. Memuat isi yang sebagian besar dikategorikan plagiat.

Nilai faktor dampak (impact faktor, IF) dari suatu jurnal saat ini merupakan dambaan penerbit; semakin tinggi IF journal semakin bermutu jurnal tesebut dipandang sehingga penulis akan berlomba-lomba memasukkan tulisannya. Hal tersebutlah yang membuat bermunculnya lembaga yang akhirnya mendeklarasikan dapat menerbitkan nilai IF jurnal. Oleh karena itu, kita patut mewaspadai apabila ada suatu jurnal yang mengklaim IF tinggi; perlu diperiksa siapa yang menerbitkan nilai tersebut. Saat ini lembaga pemeringkat jurnal yang diakui secara resmi di tingkat global ialah Journal Impact Factor (http://www.webofknowledge.com) dari Journal Citation Report (JCR) yang diterbitkan oleh Thomson ISI (Institute for Scientific Information) dan SNIP/SJR dapat diakses dari laman Scimago (www.scimagojr.com) yang berasal dari Scopus dan diterbitkan oleh grup Elsevier.

Berdasarkan hal tersebut kita patut mencurigai lembaga yang menyatakan perhitungan IF palsu (Bogus Impact Factor Companies). Tabel dibawah menampilkan daftar lembaga pengindeks yang perlu dipertanyakan (Iskandar 2014).

Global Impact Factor : httP://globalimpactfactor.com

CiteFactor : ISRA: Journal Impact Factor(JIF) httP://www.israjif.org

IMPACT Journals : httP://www.impactjournals.us

General Impact Factor (GIF) : httP://generalimpactfactor.com

Journal Impact Factor (JIF) : httP://www.jifactor.com

Universal Impact Factor : httP://uifactor.org

IndexCopernicus : httP://journals.indexcopernicus.com

ISI International Scientific Indexing : httP://isindexing.com

Selengkapnya :

About nazroelwathoni

Hi, selamat datang di blog pribadi saya yang dikemas santai dan mengutamakan manfaat. Hanya sekedar menuliskan apa yang ada di kepala saya ketika menulis di blog ini. Semoga bermanfaat!

Check Also

Scopus Diskontinu 848 Jurnal per Mei 2024, Berikut Daftar Lengkapnya!

Nazroel.id – Per Mei 2024 Scopus telah mengeluarkan 848 jurnal, Jenis konten yang disertakan pada …

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.