Ketika membandingkan sistem pendidikan di Indonesia dengan di Jepang dilihat dari fasilitas dan kualitas tentunya kalah jauh. Tetapi seburuk apapun, jika hanya menetap di Jepang hanya 1-2 tahun tentunya nanggung untuk kelanjutan pendidikan anak kelak, terutama masalah dasar pendidikan Agamanya.
Walau Kangen Rasanya, Tapi Keputusan Tepat Agar Anak Tetap Sekolah di Indonesia. Baru kali ini saya sempat menulis tentang anak paling gede, jagoan Ayah Zahran Avisena Wathoni yang baru lulus dari TK Full Day School Miftahul Iman, Cimahi.
Bangga rasanya walau sedih tidak bisa melihat secara langsung acara perpisahan Zahran. Melalui tulisan ini pula, kami ucapkan terimakasih untuk para guru yang telah membimbing Zahran selama 1 tahun ini. Alhamdulillah, hafalan surat dan bacaan sholat sudah di luar kepala.
Di sekolah ini juga dididik kemandirian, di umur yang belum genap 6 tahun sudah berani ikut berkemah bermalam tanpa orang tua. Selain itu, banyak aktivitas lainnya diajarkan untuk mandiri tanpa bantuan orang tua. “Saya aja dulu kemah sendiri waktu SD kelas 6 hihi”
Tidak lupa, terimakasih untuk lembaga kursus Islam Asma Gatsu yang mengajarkan baca tulis dan berhitung sempoah sehingga bisa lancar membaca dan menulis serta berhitung. Masuk SD pun lancar, Ya itulah salah satu kelemahan di Indonesia, masuk SD saja harus bisa baca tulis. “Saya aja dulu bisa lancar baca setelah masuk SD tepatnya kelas 2 kali ya… heehe”
Dan saat ini si mungil nan cantik adeknya Zahran, mulai masuk Asma gatsu. Setiap sore pun kaka-beradik ini bisa mengikuti belajar baca tulis Al Quran di Madrasah yang tidak bisa dilakukan di Jepang. Jadi, tepat rasanya untuk tidak membawa Zahran sekolah di Jepang. Dasar-dasar terutama untuk sekolah di SD telah ada didiri Zahran.
Miss U aa Zahran dan neng cantik Nasywa… Maaf ayah tidak bisa mendampingi disana, doakan ayah cepat lulus ya hiks3