Nazroel.id – Kurang lebih 2.5 tahun yang lalu akhirnya mengambil keputusan yang sangat berat dengan meninggalkan keluarga kecil saya untuk memulai studi S3 di Jepang. Meninggalkan “Neng Cantik” Nasywa yang waktu itu masih berusia 2.5 tahun, dan “Aa Kasep” Zahran berusia 4.5 tahun.
Pertimbangan anak sekolah dan istri bekerja menjadi alasan sederhana
Selain ibunya bekerja sebagai Apoteker juga pertimbangan pendidikan bagi anak-anak menjadi alasan sederhana meninggalkan mereka. Terutama bagi Zahran yang waktu itu akan masuk sekolah dasar.
Memang di negeri sakura ini, pendidikan lebih maju dibanding di tanah air, tapi itu akan lebih baik jika akan meneruskan sekolah ke jenjang berikutnya di Jepang. Oleh karenanya, saya masih percaya sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih yang paling tepat untuk diterapkan di Indonesia.
Video berikut ini sedikit menggambarkan dimana kami harus mengambil keputusan penting dan tabah menghadapi 3 tahun kedepannya.
Persiapan media komunikasi sebelum pergi
Waktu itu saya membayangkan bahwa komunikasi melalui internet adalah solusi jitu agar kita tetap bisa berkomunikasi secara real time dan menyapa anak-anak melalui teknologi komunikasi digital-video streaming. Inspirasi muncul dari salah satu film di luar negeri, dimana seorang ayah berkomunikasi dengan keluarganya melalui media skype lewat televisi di kamar anak-anaknya.
Akhirnya saya membeli sebuah TV Box android yang bisa terkoneksi dengan internet melalui koneksi wifi. Untuk memilih paket internet, kami percayakan kepada paket telkomsel flash. Selain handal dengan koneksi yang stabil, memang sudah terbiasa sejak dulu kami menggunakannya.
Hari menyedihkan itu akhirnya datang juga
Tidak terasa air mata menetes seketika berada di bis untuk pergi ke bandara dan meninggalkan mereka. Foto bersama keluarga besar menjadi saksi bisu momen menyedihkan ini.
Dibanding Nasywa, Zahran sudah mengerti bahwa ayahnya akan pergi lama. Ibunya bercerita, Zahran menangis tersedu-sedu seketika bis yang saya tumpangi pergi meninggalkannya.
Tiga bulan awal adalah waktu paling berat beradaptasi
Tiga bulan pertama menjadi ujian terberat bagi kami dalam menjalani hidup antar negara. Beruntung metode Skype yang telah disiapkan berjalan dengan sempurna. Hampir tiap hari kami menggunakan fasilitas ini untuk hanya sekedar menanyakan kegiatan sehari-hari yang telah dan akan dilakukan oleh anak-anak pada waktu itu, termasuk membahas Pekerjaan Rumah (PR) sekolah anak-anak.
Selain itu, saya mulai mencoba berkomunikasi melalui media lainnya seperti blog dan youtube channel. [Baca : BOSAN DENGER JANJI CALON PRESIDEN SAYA JUGA MAU BUAT JANJI CALON BLOGGER].
Waktu tidak bisa diulang dan tatap muka adalah hal yang penting agar anak-anak tahu bahwa ayahnya pergi untuk masa depan keluarga kelak. Sehingga, saya selalu berusaha menemukan waktu yang tepat untuk pulang ke tanah air. Salah satunya adalah merancang momen hari ulang tahun untuk Zahran.
Pengorbanan mulai membuahkan hasil
Tahun 2016 menjadi waktu dimana kami berharap semua pengorbanan yang telah kami lakukan akan memberikan hasil yang berarti.
Pada bulan Mei, paper atau jurnal internasional pertama saya terbit [Baca : ALHAMDULILLAH PAPER PERTAMA ACCEPTED, SAATNYA MELANJUTKAN MIMPI YANG TERTUNDA] dan ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk meraih gelar doktor.
Selain itu, setelah sebelumnya belajar serius membangun situs bidhuan.com. Saat ini situs lainnya yakni farmasetika.com telah menjadi website satu-satunya dan pertama di Indonesia yang diakui PDII LIPI untuk kategori Ilmiah-Populer bidang Farmasi dengan nomor ISSN 2528-0031.
Situs farmasetika.com juga menjadi satu-satunya situs kefarmasian di Indonesia yang terindeks google news.
Dan hal penting lainnya adalah, keputusan kami agar Zahran sekolah di Indonesia adalah tepat. Bulan Juni, Zahran naik ke kelas 2 dengan status bukan hanya juara kelas tapi juga meraih juara umum di SD nya dengan nilai rata-rata 9.4. [Baca : ZAHRAN JUARA UMUM, BUKTI RENCANA MATANG BERJALAN BAIK]
Zahran berada di usia tanggung, jadi seketika dibawa ke Jepang dan hanya tinggal untuk 3 tahun, Zahran akan kesulitan untuk kembali melanjutkan sekolahnya di Indonesia. Terlebih, tidak semua sekolah dasar bisa menerima secara langsung pindahan dari Luar Negeri, walaupun berlabel negara maju.
Kini saya tinggal menuntaskan perjuangan untuk meraih gelar doktor. Hingga saat ini, masih sesuai rencana dengan target untuk lulus Maret 2017.
Jarak bukan menjadi halangan dalam membina rumah tangga. Komunikasi adalah salah satu hal penting yang harus selalu dijaga. Jarak Jepang dan Indonesia Terasa Dekat dengan Teknologi Komunikasi Digital #IndonesiaMakinDigital. Terimakasih telkomsel flash.
Sedih ya bacanya kang, tapi semua itu demi kebaikan semuanya, hehe 😀
Aamiin… makasih supportnya hehe
Mantab memang pak dosen satu ini. Saya terpisah anak 1 minggu aja udah ga karuan rasanya.. Semoga dilancarkan kuliahnya dan cepat balik ke tanah air..
Thanks om… semua udah ada garisnya om… susah buat dibelokin apalagi dihapus hehe
Sedih bacanya ,, memang pisah keluarga itu paling berat , tapi apa mau di kata .. kita juga berjuang demi keluarga, sukses pak dosen.
Makasih dukungannya 🙂
Hai, Kang Nazroel, senang saya baca tulisan ini.
Kang, saya selalu mengira video call adalah kegiatan yang mahal.
Bolehkah Kang Nazroel berbagi, Kang Nazroel pakai paket flash Telkomsel yang mana supaya video call dari keluarga Indonesia tetap lancar?
Trims 🙂
Keluarga saya pake paket bulanan, tapi kadang klo anak2 suka download game ga nyampe sebulan hrs isi ulang… selagi kuota cukup pasti lancar video call nya hehe
Sama2
kok ya mau nangis liat foto keluarga… saya aja berderai2 liat bis yg ngangkut keluarga ke bogor. sy hrs ikut suami ke solo awal pernikahan. yah blh dibilang jarak hanya 12 jam an… lah jepang ama indo??? bisa imsomnia berbulan2 sambil nangis saya klau ngalamin. sing sabar pak, doa sy buat bpk cpt bres urusannya n klrg selalu setia n semangat menanti
Jujur aja, hingga saat ini kalo liat foto itu jadi kembali sedih lagi terutama liat ekspresi anak istri… tapi itu justru jadi penyemangat untuk cepat kumpul kembali, terimakasih supportnya dan doanya ya…
LDR itu memang sulit apalagi bagi yang sudah berkeluarga (curcol) ehhe..salam kenal
Salam kenal jg 🙂
wah, kita bernasib sama bang. suami saya juga dulu melanjutkan S3 di Jerman dan alhamdulilah sudah selesai. saya pernah manjalani hari-hari yang bang nazroel dan keluarga jalani saat ini. sukses untuk studinya
Makasih, sukses jg bwt mba liza dan keluarganya 🙂
Dengan adanya internet kemana-mana jadi gampan ya mas 🙂
Betul 🙂