Nazroel.id – Pertamakalinya memegang dan menggunakan bor elektrik adalah pengalaman yang tidak bisa dilupakan ketika membuat sampul khusus untuk Disertasi atau PhD Thesis.
Entah ini terjadi di Universitas Negeri di Jepang lainnya atau tidak, buktinya yang biasanya hanya bersampul plastik untuk ujian sidang S1/S2/S3 di Indonesia, disini harus menggunakan sampul yang unik atau istilahnya “black book”.
Multi talenta, itu yang bisa disimpulkan ketika ingin berusaha lulus tepat waktu di departemen saya saat ini. Walau teman membantu bagaimana cara membuatnya, tetap kita sendiri yang harus membuat dan melakukannya.
4 buku disertasi ini, 3 diantaranya adalah untuk penguji atau disini dikenal dengan pewawancara/ interviewer dan 1 untuk saya sendiri. Hari ini telah disubmit dan resmi akan menjalani masa berikutnya untuk menyandang gelar PhD.
Apa bedanya sidang tertutup di Indonesia dengan di Jepang?
Ini uniknya, 3 penguji itu bisa dipilih oleh sensei atau profesor di Departemen dimana kita berada. Penguji itu akan diberikan “black book” untuk membaca dan menganalisisnya.
Pasti kita berpikir bahwa sidang tertutup akan digelar pada waktu yang sama dengan para penguji hadir disana. Itu ternyata tidak terjadi di Jepang.
Kita harus menghubungi masing-masing penguji dan menentukan jadwal kapan mengujinya, disini lebih tepat dengan kata berdiskusi. Berdiskusi dengan para penguji.
Apa yang akan dilakukan oleh penguji ternyata tergantung dari pengujinya. Ada yang meminta kita untuk melakukan presentasi singkat, ada yang langsung tanya jawab.
Bahkan, teman senior disini bilang ada yang hanya berdiskusi dalam waktu kurang dari 10 menit. Rata-rata 30 hingga satu jam tergantung alotnya diskusi.
Itulah bagamaina gambaran kondisi mirip sidang tertutup di Jepang. Doakan saya ya pemirsa, wawancara akan digelar Januari 2017 nanti.