Kepulangan ke Indonesia kali ini terasa lain, bagaimana tidak gempa 7.3 skala ritcher di Kumamoto Jepang membuat saya pulang hanya membawa 2 rangsel berisi pakaian dan alat mandi alakadarnya yang tadinya merupakan perlengkapan untuk menginap di tempat pengungsian.

Ditengah ketidakpastian dan kebimbangan di shelter pengungsian, akhirnya saya mengambil keputusan untuk kembali ke tanah air sehari selepas gempa terjadi yang kebetulan pusat gempa tidak jauh dari apartemenku.

Kesempatan pulang dimanfaatkan dengan bercengkrama bersama sanak family.

Waktu pun dimanfaatkan untuk merayakan hari ulang tahun Zahran, jagoanku yang sebenarnya berulang tahun ke 7 pada 13 April lalu.

Namun, gempa hingga saat ini masih berlangsung di Kumamoto, Jepang. Tapi saya harus kembali untuk menuntaskan tugas negara dengan mental yang lebih siap menghadapi gempa susulan.

Itu sebabnya Jepang dikenal dengan gempanya. Tidak bisa mundur, tapi harus ambil resiko keputusan yang telah diambil yang tersisa 10 bulan lagi untuk meraih PhD.

Terlebih kabar gembira didapat setelah paper pertama akhirnya di terima di Int J of Biological and Macromelecules.

Tepat tengah malam nanti adalah hari ulang tahunku sekaligus wedding anniversary ke-8. Pk. 00.55 WIB adalah jadwal keberangkatan/take off ke Kumamoto. Tidak heran kepergianku kembali ke Jepang sedikit disesalkan istri dan anak2ku.

‘Ayah Jahat, meninggalkan kita lebih 2 purnama dan sekarang pergi kembali tepat di hari bersejarah kita’

Itulah isi hati mereka saat ini, tapi percayalah semua akan indah pada waktunya.

Keputusanku meninggalkan mereka di Indonesia sudah tepat untuk masa depan kami.

Kisah Rangga dan Cinta tidak ada apa-apanya dibanding kisah kami berdua. Biarlah orang-orang terdekat yang mengetahui dan mengenang kisah kami. Semoga terus langgeng hingga maut menjemput.

Maafkan ayah harus kembali meninggalkan kalian untuk sementara waktu. Semoga lulus tepat waktu. Aamiin yra.